Muatan Ekologi Film Bong Joon-Ho, Webinar Nasional Film Forum Lingkar Pena
Hasil penelitian tim riset Prodi Film Kembali didiseminasikan ke publik. Setelah bulan lalu dibahas di Korean Corner (Library and Knowledge, Binus University) yang dihadiri sekitar 700 mahasiswa, pada 20 Juni lalu diskusi Webinar Nasional Film Forum Lingkar Pena (FLP) juga mengundang Ekky Imanjaya (penulis pertama paper tersebut) untuk menyebarluaskan luaran risetnya. Acara ini dilangsungkan Hari Minggu (20/6) secara daring dan diikuti para peserta dari berbagai penjuru, termasuk Bali dan Ketapang.
Makalah terkait tiga Monster Ekologis dari film-film Bong Joon-Ho ini awalnya adalah penelitian Ekky Imanjaya, Adilla Amelia, dan Meilani yang dipresentasikan di International Conference on Biospheric Harmony (ICOBAR) 2020.
Berikut liputannya di Pikiran Rakyat (21/6).
Muatan Ekologi Film Bong Joon-Ho, Webinar Nasional Film Forum Lingkar Pena
PIKIRAN RAKYAT – Film merupakan media yang efektif mengedukasi dan menyampaikan pesan tanpa kesan menggurui. Film juga mampu menjadi pilihan upaya memperlambat laju alam yang terdegradasi. Karena itulah, Forum Lingkar Pena atau FLP memantapkan diri berdiri pada proses kreatif di bidang film.
Berkaitan dengan hal tersebut, FLP menggelar acara webinar film dengan tema Literasi, Ekologi, dan Hati, Minggu 20 Juni 2021. Acara yang diikuti 121 peserta itu menghadirkan Taufan Agustian Prakoso dan Ekky Imanjaya, S.S., M.Hum., M.A., Ph.D sebagai pembicara, dengan moderator Zayyin Achmad.
Dalam pembukaannya, Afifah Afra sebagai Ketua BPP FLP menyampaikan bahwa menulis berkeadaban dengan media visual atau film bermanfaat sekali buat generasi berikutnya.
Pendapat itu didukung Irfan Hidayatullah sebagai Ketua Pelaksana. “Dunia perfilman cepat sekali berkembang karena banyak peminatnya,” katanya.
Selain itu, Irfan menyampaikan bahwa webinar itu merupakan rangkaian Munas FLP. Diawali Pramunas 1 pada Juni, Pramunas 2 Agustus, serta acara puncak Munas pada November 2021.
Dalam webinar, Taufan membahas Paham Literasi Ekologi dan Hati dalam perspektif Film Dokumenter. Peserta diminta mengenal film dokumenter dan langkah sederhana membuat film dokumenter yang memperhatikan ekologi.
Menurut Taufan, arti dokumenter berkaitan dengan sesuatu yang nyata, faktual (ada atau terjadi) dan esensial, bernilai atau memiliki makna.
Biasanya berwujud konkret kertas dengan tulisan atau berkas-berkas tertulis atau dapat berupa gambar, foto suatu kejadian, video, atau film.
Apakah seorang dokumenter harus berpihak? Taufan menjawab, “Ya.” karena ada waktunya bekerja dan ada waktunya berkarya, seseorang harus bisa menempatkan diri sesuai tujuan.
Sementara itu, Ekky Imanjaya menyampaikan tema Paham Literasi, Ekologi, dan Hati dalam perspektif Film Bong Joon-Ho.
Ia mengulas beberapa film Bong Joon-Ho di antaranya The Host (2006) yang menceritakan pembuangan sampah atau limbah yang menjadi kisah monster serta Okja tentang penipuan korporasi yang luar biasa.
Soal seberapa besar pengaruh film terhadap ekologi dan perubahan yang terjadi dan apakah hanya akan berakhir sebagai sindiran, Ekky menjelaskan bahwa film bagian dari literasi, apresiasi, dan hati. Ada yang sifatnya makro dan mikro. “Banyak syiar dengan film. Bekerja sama antara film maker dan aktivis. Expanding the circle and invite as many people as possible into it,” ujarnya.***
Berikut full papernya yang bisa diakses dan diunduh gratis: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/729/1/012103