Ketika Taiwan menginginkan Garin: Seminar Film bersama kritikus film RUBY HSIEH

Pada tanggal 15 October 2021 lalu, Taiwan Studies BINUS University mengadakan webinar bertajuk “Indonesian Films (Programming) in Taiwan under New Southbound Policy era”. Acara ini mengundang kritikus film, curator, dan researcher film Ruby Hsieh sebagai pembicara.

Dalam kebijakan New Southbond Policy, yaitu kebijakan Taiwan yang khusus mengarah ke negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, Taiwan berkeinginan untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara dari segala aspek, terutama sosial-budaya. Film merupakan salah satu sarana penyampaian budaya yang efektif dan mudah diterima masyarakat berbagai lapisan. Dengan film Indonesia yang diputar di Taiwan, masyarakat Taiwan dapat melihat sedikitnya suasana Indonesia, dan juga sebaliknya. Film dapat ‘mengundang’ dan sebagai jendela untuk masyarakat suatu negara untuk ‘mengintip’ keindahan dari negara lainnya.

Pada event kali ini, Ruby Hsieh menerangkan bahwa ternyata masyarakat Taiwan juga craving for Garin! Karya-karya layar lebar Indonesia juga diulas di Taiwan dan menuai tanggapan positif. Dalam membicarakan karya-karya film, diskusi terasa amat hidup. Karya-karya layar lebar Indonesia juga dibedah dan dinikmati dengan teliti di Taiwan, seperti karya-karya internasional seperti dari negeri Holywood lainnya. Bahkan, film-film pendek dari sutradara muda Indonesia juga diputar dalam 2017 Taipei Film Festival.Karya lain yang diapresiasi Taiwan adalah film “Aruna dan Lidahnya”, yang dibintangi oleh Dian Sastro. Poster “Aruna dan Lidahnya” bahkan terbit dalam versi bahasa Mandarin.

Acara ini dimoderatori oleh Dr Ekky Imanjaya selaku faculty member department film BINUS University. Terdapat 456 audiens yang berasal dari mahasiswa BINUS University dan publik Indonesia. Sesi tanya jawab audiens dengan Ruby berlangsung aktif sehingga tak terasa waktu telah lewat. Semoga atensi publik terhadap budaya Taiwan dan Indonesia melalui film ini dapat menjadi jembatan kultural kedua negara.

Acara ini dimoderatori oleh Dr Ekky Imanjaya selaku faculty member department film BINUS University. Terdapat 456 audiens yang berasal dari mahasiswa BINUS University dan publik Indonesia. Sesi tanya jawab audiens dengan Ruby berlangsung aktif sehinggatak terasa waktu telah lewat. Semoga atensi publik terhadap budaya Taiwan dan Indonesia melalui film ini dapat menjadi jembatan kultural kedua negara.

Penulis : Ekky Imanjaya

Artikel ini sudah dimuat di Taiwan Studies Nusantara : twsn.org

Ekky Imanjaya